^^
Selasa, 27 November 2012
Mimisan
Beberapa waktu lalu ada artikel kesehatan yang lip baca. Artikel itu tentang kenapa kita bisa mimisan. Kenapa lip tertarik sama artikel ini? Karena lip sering mimisan. Sering? Iya, biasanya kalo mimisan lip selalu catet kapan. Buat taun sebelumnya lip lupa, tapi cukup sering jadi lip ke dokter. Kalo buat taun ini (2012) sebulan sekali pas Januari-Februari mimisan terus. Pas dikira udah berhenti, eh bulan Oktober mimisan 3 kali -____- Nopember juga sekali. Ini isi artikelnya:
"Hidung mengeluarkan darah/mimisan dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya trauma di daerah hidung, faktor pembuluh darah halus di dalam rongga hidung yang terlalu tipis, namun dapat pula sebagai salah satu tanda dari kelainan hematologi/darah atau keganasan darah.
Kondisi mimisan ini juga dapat dijumpai pada beberapa anak sehat. Biasanya karena faktor tipisnya pembuluh darah halus di rongga hidungnya yang akan pecah spontan terutama saat terkena trauma tumpul, suhu tubuh meningkat/demam, sedang pilek, atau setelah aktifitas fisik. Terlebih bila dalam keluarga ada yang menderita kondisi yang sama."
Yah tapi pas dulu pernah sekali periksa, kata dokter sih ngga papa (agak ngga yakin sama dokter kampus -_-). Katanya paling karena kurang vitamin atau kecapean. Emang daya tahan tubuh orang itu beda-beda sih ya. Bukannya manja, lip emang gampang cape kalo jalan jauh atau kebanyakan aktivitas tuh. Seandainya kekuatan badan itu bisa diatur >__< pengen jadi lebih kuat kaya Superman, ehhh Wonder Woman yah hhe...
Ayo temen-temen semua jaga kesehatan juga yaaaah \^__^/ jangan kaya lip yang bete juga bisa sakit hha *ups
Minggu, 25 November 2012
HIROTATSU (Part 2)
Sekarang Hirota selalu menungguku di lobi kampus sebelum mata kuliah
dimulai. Memang kami selalu bersama, tapi kali ini dia selalu datang sebelum
aku. Aku juga masih takut dengan kejadian beberapa hari lalu saat aku
menumpahkan jus pada Tarou. Aku takut kalau Tarou masih marah padaku karena
setelah aku menumpahkan jus padanya, Hirota menambahkannya dengan sebotol air
mineral. Selama di kelas Tarou hanya diam, mungkin dia agak segan pada Hirota.
Semua orang selalu melihat Hirota sebagai anak yang tak banyak bicara, dewasa
dan mengerti banyak hal. Karena itu setelah kejadian Hirota dan Tarou,
sepertinya mereka mulai mengenal siapa Hirota. Akupun baru menyadari kalau banyak
hal yang belum aku tahu dari Hirota.
“Tatsuto, kau sudah mengerjakan tugas?” Hirota menyapaku.
“Yah, aku sudah mengerjakannya, walaupun banyak yang tak ku pahami...”
“Yang penting berusaha. Ke kantin dulu yuk...”
Hirota mengatakannya dengan tenang. Padahal aku jadi sedikit trauma dengan
kantin. Rasanya seluruh mahasiswa dan dosen mengetahui apa yang aku lakukan
disana. Bahkan katanya ada kakak kelas yang juga ingin menyiramkan jus pada temannya setelah tahu ada yang berani melakukannya, aku.
“Sampai bertemu besok! Kalau tidak hujan, nanti malam aku akan mampir ke
kos untuk memberimu lagu-lagu yang kau minta.” Hirota menghilang dalam gerimis
bersama sepeda motor kesayangannya setelah mengantarku pulang ke kos. Jadi hari
ini berjalan tanpa terjadi apa-apa. Dengan Tarou maksudku. Tapi aku tak yakin
dengan esok.
Pagi-pagi Hirota mengirim sms padaku bahwa ia tak masuk kuliah hari ini.
Aku sudah menduganya karena walaupun dia bilang akan ke kos kalau tidak hujan,
tetap saja dia ke kos saat hujan sangat deras.
“Ternyata kau bisa sakit juga yah. Baiklah cepat sehat, aku akan menjenguk
sepulang kuliah...” Balasku.
Aku pergi ke kampus dengan perasaan enteng karena sudah tak begitu
memikirkan Tarou.
----------------------------------
“Tatsuto! Hari ini kau tak bersama Hirota. Biasanya kalian selalu bersama”
Masaki, salah satu teman sekelasku menyapa.
“Masaki, kamu potong poni yah? Hirota sakit jadi dia ngga datang.”
“Iya, manis ngga poniku? Hha... Kalian seperti sepasang kekasih,
kemana-mana selalu berdua.”
“Kami masih laki-laki normal kok, hhaha... Hirota semalam mengantarkan file
padaku saat hujan, sekarang dia demam.”
“Kamu sangat menyukai Hirota ya? Kejadian kemarin itu...”
“Iya, dia teman pertamaku disini. Dia sangat baik padaku dan selalu
mengajariku banyak hal. Kemarin juga aku berusaha membelanya, walaupun justru
menambahkan masalah buatnya.”
“Apa kalian ngga punya obrolan lain selain Hirota?” Suara yang membuatku
gemetar. Itu Tarou, dia masuk kelas dan langsung meletakkan tas di bangku depan.
Tarou bukan anak nakal, dia pandai walaupun sangat cuek. Tapi aku tak tak tahu
kenapa dia membicarakan hal seperti itu tentangku dan Hirota. Aku ngga pernah
berani bertanya.
“Kamu ngga boleh bicara seperti itu. Tarou bodoh!” Masaki memarahi Tarou
dan keluar begitu saja. Masaki memang akrab dengan Tarou, jadi dia sedikit
kesal dengan sikap Tarou kemarin.
“Apa... kamu sangat... membenciku dan Hirota?” Aku tak tahu dari mana
keberanian itu muncul sehingga aku bisa mengatakannya, walaupun terbata-bata.
Tarou yang duduk sambil memainkan poselnya memandangku.
“Aku tak punya alasan untuk membenci kalian. Aku hanya tak suka.”
Aku diam karena tak mengerti kata-kata itu. Aku memang tak begitu mengenal
Tarou, tapi kami pernah ada dalam satu kelompok. Kupikir dia anak yang cukup
menyenangkan dan baik. Entah kenapa sekarang dia bersikap seperti tak
menganggapku dan Hirota.
Sepulang kuliah, Masaki menyapaku lagi.
“Tatsuto, aku mau bicara. Kamu dari Bekasi kan?”
“Iya benar, ada apa”
“Nama SD-mu disana?”
“Eh, kenapa kamu bertanya hal itu? Itu sudah lama sekali... SD Wanasari 09.
Kenapa?”
“Ngga. Aku ingat sesuatu. Beberapa waktu terakhir Tarou bersikap aneh. Aku
adalah teman akrabnya dari SMP dan SMA, bahkan kuliah pun aku ingin satu jurusan
dengannya. Selama tiga semester ini aku tak pernah memperhatikan, tapi setelah
kejadian kemarin aku jadi menyelidiki sesuatu. Aku ingat saat SMP dan SMA dia
selalu bercerita bahwa dia ingin bertemu sahabatnya waktu SD. Kamu dan Tarou satu
SD. Sangat kebetulan.”
“Benarkah?”
“Aku juga terkejut. Aku hanya ingin memastikan kenapa Tarou jadi aneh.
Karena aku mengenalnya. Dia bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan orang
lain apalagi sampai membicarakan di belakang...”
“Aku akan berusaha mengingatnya. Terima kasih sudah menyampaikannya.”
---------------------------------
Aku
diam di kampus dan berpikir. Teman SD. Aku tak ingat pernah... Saat kelas 5 aku
ikut orang tuaku pindah dari Bekasi karena urusan pekerjaan mereka. Dan aku
masih kecil, aku tak pernah menghubungi teman-teman SD-ku lagi. Tunggu dulu,
Tarou. Tarou? Saat menyebut namanya, Tarou lewat di depanku. Aku merasa ada
sesuatu antara aku dan Tarou. Lalu aku sangat terkejut...
“Tiara!!!!” Aku menyebutnya begitu saja. Tapi Tarou menhentikan langkahnya.
Dia juga sama terkejutnya denganku. Lalu menatapku.
“Sekarang kamu ingat.” Dia tersenyum tajam.
“Kamu Tiara?”
“Aku Tarou, itu hanya nama panggilan karena aku terlihat manis seperti anak
perempuan waktu kecil...”
“Waktu SD tepatnya...” Aku menelan ludah dan menatap Tarou, “Kenapa, kamu
ngga pernah bilang?”
“Untuk ukuran persahabatan, kupikir kamu bisa merasakan kehadiranku di
kelas yang sama. Walaupun tak bertemu bertahun-tahun. Walaupun tak
berkomunikasi.”
“Tapi kenapa kamu terlihat membenciku?”
“Aku ngga bilang benci.”
“..dan Hirota... Kamu... kamu ingin berada di posisi Hirota?” Mataku
berkaca-kaca.
“Apa maksudmu? Aku ngga ngerti!!”
“Kamu... ternyata selama ini kamu ngga pernah lupa padaku. Pada
persahabatan kita waktu kecil. Dan kita bertemu saat aku sudah bersahabat
dengan Hirota. Kami akrab. Dan kamu merasa aku ngga pernah memedulikanmu. Kamu
ingin kita bersahabat lagi...” Air mataku jatuh begitu saja kalau mengingatnya.
Semua kenangan dari kepolosan masa kecil. Kami begitu dekat dan saling mengenal
dulu. Kami berjanji akan tumbuh dewasa bersama. Tapi aku pindah dan pergi
meninggalkannya. Bukan hanya meninggalkannya di tempat itu, tapi juga bersama
semua kenangan, dan Tarou selalu mengingatnya selama ini.
“Kamu bicara hal yang tidak masuk akal!” Tarou terlihat marah dan pergi
begitu saja. Tapi aku tahu perasaannya yang sakit itu. Dalam kemarahannya ada
perasaan lega bahwa aku sudah mengingatnya lagi. Sahabat pertamaku.
Aku tiba di rumah Hirota dan langsung memeluknya. Aku basah dengan air
hujan dan kesedihan. Mengetahui betapa aku yang bodoh dan selalu berpikir Tarou
membenciku padahal akulah yang ngga pernah mengerti perasaannya. Hirota hanya
mengelusku dengan tangan besarnya yang hangat. Malam itu aku menginap dan
bercerita banyak hal. Tentang sahabatku kepada sahabatku...
Selasa, 20 November 2012
Puzzle
Aku pernah punya orang terbaik yang memanggilku cantik, yang berkata ingin menjagaku...
Aku tidak tahu sejak kapan, tapi dia selalu menjagaku dari kesedihan dan kesepian...
Dia yang selalu mengajariku untuk tertawa pada hal-hal sederhana,
Yang membantuku membuang semua rasa sakit yang pernah ada,
Yang hadir dan menggantikan semua air mata...
Kata-kata, semangat, tawa dan hal-hal yang kami lakukan bersama selalu menarik buatku...
Semua itu seperti puzzle yang satu persatu tersusun jelas,
Puzzle yang membentuk kenanganku akan dirinya yang baik dan ceria...
Tapi banyak hal yang bisa hilang karena sebuah kesalahan atau keputusan...
Seperti matahari yang tertelan awan atau bintang yang hilang dalam lubang hitam,
Duniaku rasanya tenggelam dan puzzle itu menjadi reruntuhan...
Kenangan itu tidak lenyap, hanya serpihannya berjatuhan...
Saat menyentuh untuk menyusunya kembali ada sakit hati dan penyesalan yang tertinggal...
Ada banyak tanda tanya yang tak bisa dijawab seluruh kamus di dunia...
Kenapa kenangan yang baik bisa jadi semenyakitkan ini?
Manusia memang aneh...
Tapi aku selalu bersyukur karena aku diciptakan saat ini,
Sehingga aku memiliki dimensi waktu yang sama dengannya,
Bisa ada dalam satu puzzle dan rangkaian cerita...
Hal yang baik atau menyedihkan, semua disebut kenangan...
Aku tidak akan lupa kepolosan kita saat tertawa bersama...
Terima kasih...
Aku tidak tahu sejak kapan, tapi dia selalu menjagaku dari kesedihan dan kesepian...
Dia yang selalu mengajariku untuk tertawa pada hal-hal sederhana,
Yang membantuku membuang semua rasa sakit yang pernah ada,
Yang hadir dan menggantikan semua air mata...
Kata-kata, semangat, tawa dan hal-hal yang kami lakukan bersama selalu menarik buatku...
Semua itu seperti puzzle yang satu persatu tersusun jelas,
Puzzle yang membentuk kenanganku akan dirinya yang baik dan ceria...
Tapi banyak hal yang bisa hilang karena sebuah kesalahan atau keputusan...
Seperti matahari yang tertelan awan atau bintang yang hilang dalam lubang hitam,
Duniaku rasanya tenggelam dan puzzle itu menjadi reruntuhan...
Kenangan itu tidak lenyap, hanya serpihannya berjatuhan...
Saat menyentuh untuk menyusunya kembali ada sakit hati dan penyesalan yang tertinggal...
Ada banyak tanda tanya yang tak bisa dijawab seluruh kamus di dunia...
Kenapa kenangan yang baik bisa jadi semenyakitkan ini?
Manusia memang aneh...
Tapi aku selalu bersyukur karena aku diciptakan saat ini,
Sehingga aku memiliki dimensi waktu yang sama dengannya,
Bisa ada dalam satu puzzle dan rangkaian cerita...
Hal yang baik atau menyedihkan, semua disebut kenangan...
Aku tidak akan lupa kepolosan kita saat tertawa bersama...
Terima kasih...
HIROTATSU (Part 1)
Aku tidak pernah begitu memedulikan sekitarku. Bukan cuek atau egois, saat
ada yang butuh tentu aku akan bantu. Tapi aku tak begitu memikirkan opini-opini
orang lain tentang diriku. Selama ini aku selalu percaya diri dengan apa yang
aku miliki, walaupun tidak banyak. Nilai akademisku termasuk diatas rata-rata,
tapi dalam organisasi mungkin aku terlihat lebih bisa diandalkan. Itulah aku,
dan aku tidak tahu kenapa bisa terikat dengan anak ini. Namanya Tatsuto. Pertama
kali melihatnya kebingungan seperti anak kucing yang tercebur di selokan, basah
dan butuh tangan manusia yang mengangkatnya. Hha, kalau membayangkan itu aku
merasa lucu.
“Kenapa senyum-senyum sendiri?” Mata Tatsuto yang besar muncul dihadapanku
dengan pertanyaan polosnya.
“Ah, tidak, aku hanya melamun... Sudah selesai mengembalikan bukunya?”
“Iya, aku lega sekali dendanya ternyata tidak besar. Aku panik karena lupa
mengembalikan buku ini sudah dua minggu lamanya...”
“Yasudah ayo kita makan sekarang, jam 2 kita ada kelas Speaking dan aku
tidak mau telat dengan dosen itu...”
Kami menelusuri jalan kecil di belakang kelas-kelas yang ada di kampus
kami, menuju kantin. Kantin-kantin mungil yang tertata rapi. Diujung kantin ada
kumpulan bunga matahari tinggi besar yang selalu enak dipandang. Aku dan
Tatsuto, selama tiga semester ini selalu makan di kantin paling ujung. Untuk makan
sambil melihat bunga-bunga berkepala besar itu. Mereka sangat lucu saat tertiup
angin, seperti sedang menggoyangkan kepalanya. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan
suara benda yang pecah. Aku menoleh ke sumber suara.
“Tatsuto!” Aku reflek memanggilnya dan melihat sebuah tangan besar
merenggut kerah kemeja Tatsuto. Tangan itu milik Tarou, anak kelasku yang
sekarang berdiri dihadapan Tatsuto dengan wajah merah padam karena marah. Aku
langsung lari ke arah Tatsuto begitu tahu Tarou akan melayangkan tinjunya ke
wajah Tatsuto yang putih pucat itu.
“Tunggu! Apa yang kau lakukan Tarou? Kenapa kau mau memukul Tatsuto?” Aku
melepaskan tangan Tarou dari Tatsuto yang langsung bersembunyi di belakangku.
Aku menatap Tarou tajam saat Tatsuto meremas-remas kaus belakangku sambil
gemetaran.
“Tanyakan padanya yang menumpahkan jus padaku!” Tarou mengibaskan tangannya
mencoba mengeringkan jus jeruk yang membasahi bajunya.
“Tatsuto melakukannya dengan tidak sengaja jadi kau tak perlu marah...”
balasku.
“Oyah? Tau darimana kalau dia tidak sengaja?!!”
Aku berbalik ke arah Tatsuto dan melihat matanya. Gerakan sekecil apapun
akan membuatku tau apakah Tatsuto berbohong atau tidak, karena dia tipe yang
bodoh untuk bisa berbohong.
“Benarkah kamu sengaja melakukannya?” tanyaku pelan.
Tatsuto tak berkata apa-apa. Aku tahu jawabannya.
“Tarou maafkan dia, aku...”
“Sudahlah, aku malas mengurusi kalian! Jangan muncul didepanku lagi!!”
Tarou langsung pergi begitu saja. ‘Tapi kan kita sekelas, bagaimana mungkin
kami tidak muncul -___-‘ pikirku.
Aku langsung duduk di kantin ujung. Tatsuto mengikutiku duduk didepanku,
dia menunduk, tahu kalau aku marah padanya.
“Kenapa kamu begitu bodoh sampai menumpahkan jus kepada Tarou? Itu tidak
sopan kan? Apa kamu punya masalah dengannya?! Selesaikanlah baik-baik!” Tanpa
sadar aku bicara dengan nada tinggi. Tatsuto sangat takut. Kantin terasa sangat
sepi. Tapi aku harus mengajarinya agar tidak melakukan itu lagi. Aku tidak tahu
sejak kapan aku bersikap seperti kakak, ayah, pelindung, atau apapun itu buat
Tatsuto. Aku meninggalkan Tatsuto sendiri disana dan menuju kelas.
Kelas pun berjalan sangat sunyi. Aku tak bicara apapun di kelas yang
mengharuskanku untuk berdebat itu. Tatsuto tak juga masuk kelas, aku sedikit
menyesal karena terlalu keras padanya. Sampai sebuah kertas kecil yang terlipat
ditujukan padaku.
“Dari Tatsuto, dia di luar jendela..” kata temanku yang duduk di bangku
belakangku.
Aku membuka kertas itu. Seperti sobekan dari kertas binder, tapi terlihat
rapi. Ada pesan di dalamnya.
“Maaf aku membuat Hirota kesal. Aku memang tak pandai bicara untuk
menjelaskannya, bahkan untuk membela temanku sendiri. Aku menumpahkan jus pada
Tarou karena aku kesal saat dia membicarakanmu dibelakangmu. Aku mendengarnya
memanggilmu merpati bodoh dan aku kucing lemah. Aku memang lemah, tapi Hirota
tidak bodoh...“ Pesan itu diakhiri dengan gambar mungil wajahku dan Tatsuto
yang sedang menadang bunga matahari. Dia memang pandai menggambar.
Aku diam sejenak. Berpikir kenapa aku tak percaya pada Tatsuto. Tentu saja
inilah Tatsuto yang aku kenal. Dia yang penakut dan selalu bingung. Aku tertawa
kecil, berdiri sambil membuka tutup botol air mineral yang aku bawa ke kelas. Aku
berjalan ke depan kelas sambil meneguknya sedikit. Saat melewati bangku Tarou yang
ada di depan, aku menyegarkan kepalanya sedikit dengan air itu sehingga bajunya
yang belum kering karena jus terlihat semakin basah. Dia dan seisi kelas
tersentak kaget.
“Kamu tidak punya hak untuk bilang kalau Tatsuto lemah.” Lalu aku berjalan
keluar kelas dan dosen yang sudah sesepuh itu tak pernah menyadari tindakanku.
Aku melihat ke arah jendela dan Tatsuto sedang berpegangan pada daun jendela
sambil memandangku.
“Tontonan yang menarik bukan? Ayo kita beli jus jeruk lagi..” Ajakku.
“Iyaaa..” Tatsuto akhirnya berani tersenyum, “Ah! Tapi aku harus mengganti
gelas jus yang aku jatuhkan -____-“
Pengalaman bersahabat dengan tatsuto yang akan terus kujaga sampai kami lulus...
Pengalaman bersahabat dengan tatsuto yang akan terus kujaga sampai kami lulus...
Senin, 19 November 2012
L'Arc-en-Ciel dan Bigbang
Lip bukan mau ngebandingin Laruku sama Bigbang kok, malah mau share betapa lip ngga pernah menyesal jadi Cieler (fans Laruku) atau VIP (fans Bigbang) ^^
Tapi dilihat secara konsep memang kedua band ini cukup berbeda. Band? Bigbang itu band atau boyband? Tapi Laruku kan juga cowo semua isinya, berarti boyband juga dong? Kan mereka boy yang nge-band^^ Jadi pengertian boyband tuh apa sih? Pas lagi ngetik jadi stuck di definisi ini. Tapi udah searching tetep aja belum nemu. Soalnya istilah ini ada setelah ada para pelakunya. Yaa definisinya tuh kalo semacam Sm*sh dibilang boyband dan semacam Noah dibilang band. Yasudah, lupakan lupakan, fokus sama Laruku dan Bigbang :D
Jadi pas bulan Mei, lip dateng ke L'Arc-en-Ciel World Tour 2012 dan bulan Oktober ke Bigbang Alive Galaxy Tour. Those two international concerts were so great! Still can not move on from that concerts^^
Kalau Laruku adalah band asal
Jepang yang punya empat orang personil, Bigbang adalah boyband dari Korea yang
terdiri dari 5 personil. Oyah jangan dibandingin yah, gantengnya kan beda^^ Yang satu udah kepala 3 sama 4, tapi yang satunya kan baru kepala 2 semua umurnya :D Tapi dua-duanya keren, bayangin punya papa kaya Laruku atau kakak kaya Bigbang >,< ini ada pic mereka pas Laruku iklan Pepsi sama Bigbang lagi iklan Hyundai Card.
Saat Laruku World Tour,
stage yang digunakan adalah outdoor stage di Lapangan D Senayan, maka Bigbang
menggunakan indoor stage di MEIS Ancol. Mungkin kalau band memang lebih cocok
menggunakan outdoor stage karena mereka merasa lebih free dengan landscape langit
yang terbuka.
Tapi setelah datang ke Alive Tour, ternyata konser indoor juga
ngga kalah berapi-apinya. Energi kedua band ini saat konser luar biasa, kenapa? Mereka menyanyikan
puluhan lagu tanpa lipsync. Jika Laruku harus melakukannya sambil memainkan
alat musik, maka Bigbang harus menyanyi sambil melakukan tarian koreografi.
Salut^^ Ngga bisa dibedain sama mp3nya karena mereka menyanyi dengan kualitas suara
yang bagus dan dukungan sound system yang keren. Ditambah efek-efek panggung yang bikin mangap sampe keram karena luar biasa keren dan punya teknologi canggih. Dan tentu saja
attitude mereka dipanggung membuat fans semakin setia. Bersusah-payah
menggunakan bahasa Indonesia dan menghibur fans dengan segala obrolan dan
tingkah mereka. Mungkin terlihat sebagai hal kecil tapi hal-hal sederhana seperti
itulah yang membuat mereka terlihat seperti orang biasa dan bukan artist.
Sekian laporan dari konser Laruku dan Bigbang^^ Target selanjutnya adalah dateng ke teater JKT48 :*
Rabu, 14 November 2012
Perbandingan dan Ketidakberuntungan (Part 2)
Tatsuto melangkahkan kakinya lebih panjang dari pada yang biasa ia jangkau.
Mengumpulkan keberanian lebih dari pada yang biasa ia usahakan. Mengumpulkan
perasaan-perasaan yang selama ini ia pendam. Bahwa ia membutuhkan Hirota lebih
dari pada semua perkataan dan pikiran egoisnya.
“Hirota!” Tatsuto terengah-engah. Hirota menghentikan langkahnya namun
tetap tak menoleh pada Tatsuto yang berjarak 5 meter dibelakangnya. “Aku tak
pandai bicara. Semua yang kukatakan pasti salah. Apa yang aku ungkapkan tak
selalu sesuai dengan apa yang kumaksudkan. Tapi karena kamu, maka aku
mengatakannya. Maaf...”
Hirota hanya memandang ke bawah, lalu ke langit senja di sampingnya.
Matahari sudah mulai terbenam ternyata. Warna jingga menyelimuti kesunyian
mereka.
“Tatsuto, kamu sudah melewati hidup
dengan segala keberuntunganmu. Kamu memiliki keluarga yang baik. Kamu tak
pernah kekurangan saat harus membeli buku atau pulsa atau berbelanja. Kamu tak
perlu khawatir untuk makan atau bersenang-senang. Tak perlu takut ketinggalan
acara tv luar negeri dengan fasilitas tv kabel di kamarmu, di kamar kosanmu
yang terletak di perumahan mewah. Tak perlu repot-repot mencuci dengan cukupnya
uang londri. Tak perlu bingung memilih dengan semua yang kamu miliki dengan
baik.”
Kali ini Tatsuto yang diam saat mendengar itu semua, ia tak tahu kalau
Hirota memiliki perasaan semacam itu.
“Apakah aku, dengan segala ketidakberuntunganku yang seperti kamu miliki,
kali ini aku juga tidak boleh mendahuluimu sekali saja?” Perkataan Hirota
seperti petir yang memecahkan gendang telinga Tatsuto. Matanya memerah. Ada
selaput bening yang ingin menetes jatuh. Tatsuto merasa bersalah, melontarkan
begitu saja hal yang ia anggap tak adil. Tatsuto menangkap perkataan Hirota. Tuhan bukan manusia dengan segala
pikiran ceteknya. Tuhan pasti tahu kapan Tatsuto bahagia dan bagaimana Hirota
akan mendapat kebahagiaannya.
“Iya... aku minta maaf...” Tatsuto hanya menunduk tanpa menatap apa-apa.
Dia bingung harus melihat kemana. Kemudian ada tangan lembut yang mendarat di
rambut halusnya. Seperti majikan yang mengelus-elus kucing kesayangannya. Itu
tangan Haruto yang besar dan hangat.
“Kita sudah lama bersahabat, tapi tetap ada hal-hal yang belum dengan jujur
kita ungkapkan... Maaf kalau aku mengatakan hal yang membuatmu sedih...”
“Ngga, aku yang salah... Daripada menyalahkanmu karena hal yang tidak masuk
akal begitu, mungkin sebenarnya aku hanya takut kamu meninggalkanku...”
Tatsuto dan Hirota kembali ke pohon besar, disana sampai semua masalah hati
terpecahkan. Seperti biasa, Hirota-lah yang selalu menjaga Tatsuto dan Tatsuto
selalu menuruti Hirota. Itulah sistem persahabatan yang membuat mereka
bertahan.
“Terima kasih kamu ngga membenciku..!” Tatsuto lalu memeluk Hirota.
“Jangan peluk-peluk!!! Nanti orang curiga aku gay..!”
Langganan:
Postingan (Atom)