^^

^^

Selasa, 20 November 2012

HIROTATSU (Part 1)



Aku tidak pernah begitu memedulikan sekitarku. Bukan cuek atau egois, saat ada yang butuh tentu aku akan bantu. Tapi aku tak begitu memikirkan opini-opini orang lain tentang diriku. Selama ini aku selalu percaya diri dengan apa yang aku miliki, walaupun tidak banyak. Nilai akademisku termasuk diatas rata-rata, tapi dalam organisasi mungkin aku terlihat lebih bisa diandalkan. Itulah aku, dan aku tidak tahu kenapa bisa terikat dengan anak ini. Namanya Tatsuto. Pertama kali melihatnya kebingungan seperti anak kucing yang tercebur di selokan, basah dan butuh tangan manusia yang mengangkatnya. Hha, kalau membayangkan itu aku merasa lucu.

“Kenapa senyum-senyum sendiri?” Mata Tatsuto yang besar muncul dihadapanku dengan pertanyaan polosnya.
“Ah, tidak, aku hanya melamun... Sudah selesai mengembalikan bukunya?”
“Iya, aku lega sekali dendanya ternyata tidak besar. Aku panik karena lupa mengembalikan buku ini sudah dua minggu lamanya...”
“Yasudah ayo kita makan sekarang, jam 2 kita ada kelas Speaking dan aku tidak mau telat dengan dosen itu...”

Kami menelusuri jalan kecil di belakang kelas-kelas yang ada di kampus kami, menuju kantin. Kantin-kantin mungil yang tertata rapi. Diujung kantin ada kumpulan bunga matahari tinggi besar yang selalu enak dipandang. Aku dan Tatsuto, selama tiga semester ini selalu makan di kantin paling ujung. Untuk makan sambil melihat bunga-bunga berkepala besar itu. Mereka sangat lucu saat tertiup angin, seperti sedang menggoyangkan kepalanya. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara benda yang pecah. Aku menoleh ke sumber suara.

“Tatsuto!” Aku reflek memanggilnya dan melihat sebuah tangan besar merenggut kerah kemeja Tatsuto. Tangan itu milik Tarou, anak kelasku yang sekarang berdiri dihadapan Tatsuto dengan wajah merah padam karena marah. Aku langsung lari ke arah Tatsuto begitu tahu Tarou akan melayangkan tinjunya ke wajah Tatsuto yang putih pucat itu.

“Tunggu! Apa yang kau lakukan Tarou? Kenapa kau mau memukul Tatsuto?” Aku melepaskan tangan Tarou dari Tatsuto yang langsung bersembunyi di belakangku. Aku menatap Tarou tajam saat Tatsuto meremas-remas kaus belakangku sambil gemetaran.

“Tanyakan padanya yang menumpahkan jus padaku!” Tarou mengibaskan tangannya mencoba mengeringkan jus jeruk yang membasahi bajunya.
“Tatsuto melakukannya dengan tidak sengaja jadi kau tak perlu marah...” balasku.
“Oyah? Tau darimana kalau dia tidak sengaja?!!”

Aku berbalik ke arah Tatsuto dan melihat matanya. Gerakan sekecil apapun akan membuatku tau apakah Tatsuto berbohong atau tidak, karena dia tipe yang bodoh untuk bisa berbohong.
“Benarkah kamu sengaja melakukannya?” tanyaku pelan.
Tatsuto tak berkata apa-apa. Aku tahu jawabannya.
“Tarou maafkan dia, aku...”
“Sudahlah, aku malas mengurusi kalian! Jangan muncul didepanku lagi!!” Tarou langsung pergi begitu saja. ‘Tapi kan kita sekelas, bagaimana mungkin kami tidak muncul -___-‘ pikirku.

Aku langsung duduk di kantin ujung. Tatsuto mengikutiku duduk didepanku, dia menunduk, tahu kalau aku marah padanya.
“Kenapa kamu begitu bodoh sampai menumpahkan jus kepada Tarou? Itu tidak sopan kan? Apa kamu punya masalah dengannya?! Selesaikanlah baik-baik!” Tanpa sadar aku bicara dengan nada tinggi. Tatsuto sangat takut. Kantin terasa sangat sepi. Tapi aku harus mengajarinya agar tidak melakukan itu lagi. Aku tidak tahu sejak kapan aku bersikap seperti kakak, ayah, pelindung, atau apapun itu buat Tatsuto. Aku meninggalkan Tatsuto sendiri disana dan menuju kelas.

Kelas pun berjalan sangat sunyi. Aku tak bicara apapun di kelas yang mengharuskanku untuk berdebat itu. Tatsuto tak juga masuk kelas, aku sedikit menyesal karena terlalu keras padanya. Sampai sebuah kertas kecil yang terlipat ditujukan padaku.
“Dari Tatsuto, dia di luar jendela..” kata temanku yang duduk di bangku belakangku.
Aku membuka kertas itu. Seperti sobekan dari kertas binder, tapi terlihat rapi. Ada pesan di dalamnya.

“Maaf aku membuat Hirota kesal. Aku memang tak pandai bicara untuk menjelaskannya, bahkan untuk membela temanku sendiri. Aku menumpahkan jus pada Tarou karena aku kesal saat dia membicarakanmu dibelakangmu. Aku mendengarnya memanggilmu merpati bodoh dan aku kucing lemah. Aku memang lemah, tapi Hirota tidak bodoh...“ Pesan itu diakhiri dengan gambar mungil wajahku dan Tatsuto yang sedang menadang bunga matahari. Dia memang pandai menggambar.

Aku diam sejenak. Berpikir kenapa aku tak percaya pada Tatsuto. Tentu saja inilah Tatsuto yang aku kenal. Dia yang penakut dan selalu bingung. Aku tertawa kecil, berdiri sambil membuka tutup botol air mineral yang aku bawa ke kelas. Aku berjalan ke depan kelas sambil meneguknya sedikit. Saat melewati bangku Tarou yang ada di depan, aku menyegarkan kepalanya sedikit dengan air itu sehingga bajunya yang belum kering karena jus terlihat semakin basah. Dia dan seisi kelas tersentak kaget. 

“Kamu tidak punya hak untuk bilang kalau Tatsuto lemah.” Lalu aku berjalan keluar kelas dan dosen yang sudah sesepuh itu tak pernah menyadari tindakanku. Aku melihat ke arah jendela dan Tatsuto sedang berpegangan pada daun jendela sambil memandangku.

“Tontonan yang menarik bukan? Ayo kita beli jus jeruk lagi..” Ajakku.
“Iyaaa..” Tatsuto akhirnya berani tersenyum, “Ah! Tapi aku harus mengganti gelas jus yang aku jatuhkan -____-“

Pengalaman bersahabat dengan tatsuto yang akan terus kujaga sampai kami lulus...
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar