^^

^^

Selasa, 27 November 2012

Mimisan


Beberapa waktu lalu ada artikel kesehatan yang lip baca. Artikel itu tentang kenapa kita bisa mimisan. Kenapa lip tertarik sama artikel ini? Karena lip sering mimisan. Sering? Iya, biasanya kalo mimisan lip selalu catet kapan. Buat taun sebelumnya lip lupa, tapi cukup sering jadi lip ke dokter. Kalo buat taun ini (2012) sebulan sekali pas Januari-Februari mimisan terus. Pas dikira udah berhenti, eh bulan Oktober mimisan 3 kali -____- Nopember juga sekali. Ini isi artikelnya:

"Hidung mengeluarkan darah/mimisan dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya trauma di daerah hidung, faktor pembuluh darah halus di dalam rongga hidung yang terlalu tipis, namun dapat pula sebagai salah satu  tanda dari kelainan hematologi/darah atau keganasan darah.

Kondisi mimisan ini juga dapat dijumpai pada beberapa anak sehat. Biasanya karena faktor tipisnya pembuluh darah halus di rongga hidungnya yang akan pecah spontan terutama saat terkena trauma tumpul, suhu tubuh meningkat/demam, sedang pilek, atau setelah aktifitas fisik. Terlebih bila dalam keluarga ada yang menderita kondisi yang sama."

Yah tapi pas dulu pernah sekali periksa, kata dokter  sih ngga papa (agak ngga yakin sama dokter kampus -_-). Katanya paling karena kurang vitamin atau kecapean. Emang daya tahan tubuh orang itu beda-beda sih ya. Bukannya manja, lip emang gampang cape kalo jalan jauh atau kebanyakan aktivitas tuh. Seandainya kekuatan badan itu bisa diatur >__< pengen jadi lebih kuat kaya Superman, ehhh Wonder Woman yah hhe...
Ayo temen-temen semua jaga kesehatan juga yaaaah \^__^/ jangan kaya lip yang bete juga bisa sakit hha *ups

Minggu, 25 November 2012

HIROTATSU (Part 2)


Sekarang Hirota selalu menungguku di lobi kampus sebelum mata kuliah dimulai. Memang kami selalu bersama, tapi kali ini dia selalu datang sebelum aku. Aku juga masih takut dengan kejadian beberapa hari lalu saat aku menumpahkan jus pada Tarou. Aku takut kalau Tarou masih marah padaku karena setelah aku menumpahkan jus padanya, Hirota menambahkannya dengan sebotol air mineral. Selama di kelas Tarou hanya diam, mungkin dia agak segan pada Hirota. Semua orang selalu melihat Hirota sebagai anak yang tak banyak bicara, dewasa dan mengerti banyak hal. Karena itu setelah kejadian Hirota dan Tarou, sepertinya mereka mulai mengenal siapa Hirota. Akupun baru menyadari kalau banyak hal yang belum aku tahu dari Hirota. 

“Tatsuto, kau sudah mengerjakan tugas?” Hirota menyapaku.
“Yah, aku sudah mengerjakannya, walaupun banyak yang tak ku pahami...”
“Yang penting berusaha. Ke kantin dulu yuk...”

Hirota mengatakannya dengan tenang. Padahal aku jadi sedikit trauma dengan kantin. Rasanya seluruh mahasiswa dan dosen mengetahui apa yang aku lakukan disana. Bahkan katanya ada kakak kelas yang juga ingin menyiramkan jus pada temannya setelah tahu ada yang berani melakukannya, aku.

“Sampai bertemu besok! Kalau tidak hujan, nanti malam aku akan mampir ke kos untuk memberimu lagu-lagu yang kau minta.” Hirota menghilang dalam gerimis bersama sepeda motor kesayangannya setelah mengantarku pulang ke kos. Jadi hari ini berjalan tanpa terjadi apa-apa. Dengan Tarou maksudku. Tapi aku tak yakin dengan esok.

Pagi-pagi Hirota mengirim sms padaku bahwa ia tak masuk kuliah hari ini. Aku sudah menduganya karena walaupun dia bilang akan ke kos kalau tidak hujan, tetap saja dia ke kos saat hujan sangat deras.
“Ternyata kau bisa sakit juga yah. Baiklah cepat sehat, aku akan menjenguk sepulang kuliah...” Balasku.
Aku pergi ke kampus dengan perasaan enteng karena sudah tak begitu memikirkan Tarou.

----------------------------------

“Tatsuto! Hari ini kau tak bersama Hirota. Biasanya kalian selalu bersama” Masaki, salah satu teman sekelasku menyapa.
“Masaki, kamu potong poni yah? Hirota sakit jadi dia ngga datang.”
“Iya, manis ngga poniku? Hha... Kalian seperti sepasang kekasih, kemana-mana selalu berdua.”
“Kami masih laki-laki normal kok, hhaha... Hirota semalam mengantarkan file padaku saat hujan, sekarang dia demam.”
“Kamu sangat menyukai Hirota ya? Kejadian kemarin itu...”
“Iya, dia teman pertamaku disini. Dia sangat baik padaku dan selalu mengajariku banyak hal. Kemarin juga aku berusaha membelanya, walaupun justru menambahkan masalah buatnya.”

“Apa kalian ngga punya obrolan lain selain Hirota?” Suara yang membuatku gemetar. Itu Tarou, dia masuk kelas dan langsung meletakkan tas di bangku depan. Tarou bukan anak nakal, dia pandai walaupun sangat cuek. Tapi aku tak tak tahu kenapa dia membicarakan hal seperti itu tentangku dan Hirota. Aku ngga pernah berani bertanya.

“Kamu ngga boleh bicara seperti itu. Tarou bodoh!” Masaki memarahi Tarou dan keluar begitu saja. Masaki memang akrab dengan Tarou, jadi dia sedikit kesal dengan sikap Tarou kemarin.
“Apa... kamu sangat... membenciku dan Hirota?” Aku tak tahu dari mana keberanian itu muncul sehingga aku bisa mengatakannya, walaupun terbata-bata. Tarou yang duduk sambil memainkan poselnya memandangku.
“Aku tak punya alasan untuk membenci kalian. Aku hanya tak suka.”
Aku diam karena tak mengerti kata-kata itu. Aku memang tak begitu mengenal Tarou, tapi kami pernah ada dalam satu kelompok. Kupikir dia anak yang cukup menyenangkan dan baik. Entah kenapa sekarang dia bersikap seperti tak menganggapku dan Hirota. 
Sepulang kuliah, Masaki menyapaku lagi.
“Tatsuto, aku mau bicara. Kamu dari Bekasi kan?”
“Iya benar, ada apa”
“Nama SD-mu disana?”
“Eh, kenapa kamu bertanya hal itu? Itu sudah lama sekali... SD Wanasari 09. Kenapa?”
“Ngga. Aku ingat sesuatu. Beberapa waktu terakhir Tarou bersikap aneh. Aku adalah teman akrabnya dari SMP dan SMA, bahkan kuliah pun aku ingin satu jurusan dengannya. Selama tiga semester ini aku tak pernah memperhatikan, tapi setelah kejadian kemarin aku jadi menyelidiki sesuatu. Aku ingat saat SMP dan SMA dia selalu bercerita bahwa dia ingin bertemu sahabatnya waktu SD. Kamu dan Tarou satu SD. Sangat kebetulan.”
“Benarkah?”
“Aku juga terkejut. Aku hanya ingin memastikan kenapa Tarou jadi aneh. Karena aku mengenalnya. Dia bukan tipe orang yang suka mencampuri urusan orang lain apalagi sampai membicarakan di belakang...”
“Aku akan berusaha mengingatnya. Terima kasih sudah menyampaikannya.” 

---------------------------------

Aku diam di kampus dan berpikir. Teman SD. Aku tak ingat pernah... Saat kelas 5 aku ikut orang tuaku pindah dari Bekasi karena urusan pekerjaan mereka. Dan aku masih kecil, aku tak pernah menghubungi teman-teman SD-ku lagi. Tunggu dulu, Tarou. Tarou? Saat menyebut namanya, Tarou lewat di depanku. Aku merasa ada sesuatu antara aku dan Tarou. Lalu aku sangat terkejut...
“Tiara!!!!” Aku menyebutnya begitu saja. Tapi Tarou menhentikan langkahnya. Dia juga sama terkejutnya denganku. Lalu menatapku.
“Sekarang kamu ingat.” Dia tersenyum tajam.
“Kamu Tiara?”
“Aku Tarou, itu hanya nama panggilan karena aku terlihat manis seperti anak perempuan waktu kecil...”
“Waktu SD tepatnya...” Aku menelan ludah dan menatap Tarou, “Kenapa, kamu ngga pernah bilang?”
“Untuk ukuran persahabatan, kupikir kamu bisa merasakan kehadiranku di kelas yang sama. Walaupun tak bertemu bertahun-tahun. Walaupun tak berkomunikasi.”
“Tapi kenapa kamu terlihat membenciku?”
“Aku ngga bilang benci.”
“..dan Hirota... Kamu... kamu ingin berada di posisi Hirota?” Mataku berkaca-kaca.
“Apa maksudmu? Aku ngga ngerti!!”

“Kamu... ternyata selama ini kamu ngga pernah lupa padaku. Pada persahabatan kita waktu kecil. Dan kita bertemu saat aku sudah bersahabat dengan Hirota. Kami akrab. Dan kamu merasa aku ngga pernah memedulikanmu. Kamu ingin kita bersahabat lagi...” Air mataku jatuh begitu saja kalau mengingatnya. Semua kenangan dari kepolosan masa kecil. Kami begitu dekat dan saling mengenal dulu. Kami berjanji akan tumbuh dewasa bersama. Tapi aku pindah dan pergi meninggalkannya. Bukan hanya meninggalkannya di tempat itu, tapi juga bersama semua kenangan, dan Tarou selalu mengingatnya selama ini. 

“Kamu bicara hal yang tidak masuk akal!” Tarou terlihat marah dan pergi begitu saja. Tapi aku tahu perasaannya yang sakit itu. Dalam kemarahannya ada perasaan lega bahwa aku sudah mengingatnya lagi. Sahabat pertamaku.

Aku tiba di rumah Hirota dan langsung memeluknya. Aku basah dengan air hujan dan kesedihan. Mengetahui betapa aku yang bodoh dan selalu berpikir Tarou membenciku padahal akulah yang ngga pernah mengerti perasaannya. Hirota hanya mengelusku dengan tangan besarnya yang hangat. Malam itu aku menginap dan bercerita banyak hal. Tentang sahabatku kepada sahabatku...

Selasa, 20 November 2012

Puzzle

Aku pernah punya orang terbaik yang memanggilku cantik, yang berkata ingin menjagaku...
Aku tidak tahu sejak kapan, tapi dia selalu menjagaku dari kesedihan dan kesepian...
Dia yang selalu mengajariku untuk tertawa pada hal-hal sederhana,
Yang membantuku membuang semua rasa sakit yang pernah ada,
Yang hadir dan menggantikan semua air mata...
Kata-kata, semangat, tawa dan hal-hal yang kami lakukan bersama selalu menarik buatku...
Semua itu seperti puzzle yang satu persatu tersusun jelas,
Puzzle yang membentuk kenanganku akan dirinya yang baik dan ceria...

Tapi banyak hal yang bisa hilang karena sebuah kesalahan atau keputusan...
Seperti matahari yang tertelan awan atau bintang yang hilang dalam lubang hitam,
Duniaku rasanya tenggelam dan puzzle itu menjadi reruntuhan...
Kenangan itu tidak lenyap, hanya serpihannya berjatuhan...
Saat menyentuh untuk menyusunya kembali ada sakit hati dan penyesalan yang tertinggal...
Ada banyak tanda tanya yang tak bisa dijawab seluruh kamus di dunia...

Kenapa kenangan yang baik bisa jadi semenyakitkan ini?
Manusia memang aneh...
Tapi aku selalu bersyukur karena aku diciptakan saat ini,
Sehingga aku memiliki dimensi waktu yang sama dengannya,
Bisa ada dalam satu puzzle dan rangkaian cerita...

Hal yang baik atau menyedihkan, semua disebut kenangan...
Aku tidak akan lupa kepolosan kita saat tertawa bersama...

Terima kasih...

HIROTATSU (Part 1)



Aku tidak pernah begitu memedulikan sekitarku. Bukan cuek atau egois, saat ada yang butuh tentu aku akan bantu. Tapi aku tak begitu memikirkan opini-opini orang lain tentang diriku. Selama ini aku selalu percaya diri dengan apa yang aku miliki, walaupun tidak banyak. Nilai akademisku termasuk diatas rata-rata, tapi dalam organisasi mungkin aku terlihat lebih bisa diandalkan. Itulah aku, dan aku tidak tahu kenapa bisa terikat dengan anak ini. Namanya Tatsuto. Pertama kali melihatnya kebingungan seperti anak kucing yang tercebur di selokan, basah dan butuh tangan manusia yang mengangkatnya. Hha, kalau membayangkan itu aku merasa lucu.

“Kenapa senyum-senyum sendiri?” Mata Tatsuto yang besar muncul dihadapanku dengan pertanyaan polosnya.
“Ah, tidak, aku hanya melamun... Sudah selesai mengembalikan bukunya?”
“Iya, aku lega sekali dendanya ternyata tidak besar. Aku panik karena lupa mengembalikan buku ini sudah dua minggu lamanya...”
“Yasudah ayo kita makan sekarang, jam 2 kita ada kelas Speaking dan aku tidak mau telat dengan dosen itu...”

Kami menelusuri jalan kecil di belakang kelas-kelas yang ada di kampus kami, menuju kantin. Kantin-kantin mungil yang tertata rapi. Diujung kantin ada kumpulan bunga matahari tinggi besar yang selalu enak dipandang. Aku dan Tatsuto, selama tiga semester ini selalu makan di kantin paling ujung. Untuk makan sambil melihat bunga-bunga berkepala besar itu. Mereka sangat lucu saat tertiup angin, seperti sedang menggoyangkan kepalanya. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara benda yang pecah. Aku menoleh ke sumber suara.

“Tatsuto!” Aku reflek memanggilnya dan melihat sebuah tangan besar merenggut kerah kemeja Tatsuto. Tangan itu milik Tarou, anak kelasku yang sekarang berdiri dihadapan Tatsuto dengan wajah merah padam karena marah. Aku langsung lari ke arah Tatsuto begitu tahu Tarou akan melayangkan tinjunya ke wajah Tatsuto yang putih pucat itu.

“Tunggu! Apa yang kau lakukan Tarou? Kenapa kau mau memukul Tatsuto?” Aku melepaskan tangan Tarou dari Tatsuto yang langsung bersembunyi di belakangku. Aku menatap Tarou tajam saat Tatsuto meremas-remas kaus belakangku sambil gemetaran.

“Tanyakan padanya yang menumpahkan jus padaku!” Tarou mengibaskan tangannya mencoba mengeringkan jus jeruk yang membasahi bajunya.
“Tatsuto melakukannya dengan tidak sengaja jadi kau tak perlu marah...” balasku.
“Oyah? Tau darimana kalau dia tidak sengaja?!!”

Aku berbalik ke arah Tatsuto dan melihat matanya. Gerakan sekecil apapun akan membuatku tau apakah Tatsuto berbohong atau tidak, karena dia tipe yang bodoh untuk bisa berbohong.
“Benarkah kamu sengaja melakukannya?” tanyaku pelan.
Tatsuto tak berkata apa-apa. Aku tahu jawabannya.
“Tarou maafkan dia, aku...”
“Sudahlah, aku malas mengurusi kalian! Jangan muncul didepanku lagi!!” Tarou langsung pergi begitu saja. ‘Tapi kan kita sekelas, bagaimana mungkin kami tidak muncul -___-‘ pikirku.

Aku langsung duduk di kantin ujung. Tatsuto mengikutiku duduk didepanku, dia menunduk, tahu kalau aku marah padanya.
“Kenapa kamu begitu bodoh sampai menumpahkan jus kepada Tarou? Itu tidak sopan kan? Apa kamu punya masalah dengannya?! Selesaikanlah baik-baik!” Tanpa sadar aku bicara dengan nada tinggi. Tatsuto sangat takut. Kantin terasa sangat sepi. Tapi aku harus mengajarinya agar tidak melakukan itu lagi. Aku tidak tahu sejak kapan aku bersikap seperti kakak, ayah, pelindung, atau apapun itu buat Tatsuto. Aku meninggalkan Tatsuto sendiri disana dan menuju kelas.

Kelas pun berjalan sangat sunyi. Aku tak bicara apapun di kelas yang mengharuskanku untuk berdebat itu. Tatsuto tak juga masuk kelas, aku sedikit menyesal karena terlalu keras padanya. Sampai sebuah kertas kecil yang terlipat ditujukan padaku.
“Dari Tatsuto, dia di luar jendela..” kata temanku yang duduk di bangku belakangku.
Aku membuka kertas itu. Seperti sobekan dari kertas binder, tapi terlihat rapi. Ada pesan di dalamnya.

“Maaf aku membuat Hirota kesal. Aku memang tak pandai bicara untuk menjelaskannya, bahkan untuk membela temanku sendiri. Aku menumpahkan jus pada Tarou karena aku kesal saat dia membicarakanmu dibelakangmu. Aku mendengarnya memanggilmu merpati bodoh dan aku kucing lemah. Aku memang lemah, tapi Hirota tidak bodoh...“ Pesan itu diakhiri dengan gambar mungil wajahku dan Tatsuto yang sedang menadang bunga matahari. Dia memang pandai menggambar.

Aku diam sejenak. Berpikir kenapa aku tak percaya pada Tatsuto. Tentu saja inilah Tatsuto yang aku kenal. Dia yang penakut dan selalu bingung. Aku tertawa kecil, berdiri sambil membuka tutup botol air mineral yang aku bawa ke kelas. Aku berjalan ke depan kelas sambil meneguknya sedikit. Saat melewati bangku Tarou yang ada di depan, aku menyegarkan kepalanya sedikit dengan air itu sehingga bajunya yang belum kering karena jus terlihat semakin basah. Dia dan seisi kelas tersentak kaget. 

“Kamu tidak punya hak untuk bilang kalau Tatsuto lemah.” Lalu aku berjalan keluar kelas dan dosen yang sudah sesepuh itu tak pernah menyadari tindakanku. Aku melihat ke arah jendela dan Tatsuto sedang berpegangan pada daun jendela sambil memandangku.

“Tontonan yang menarik bukan? Ayo kita beli jus jeruk lagi..” Ajakku.
“Iyaaa..” Tatsuto akhirnya berani tersenyum, “Ah! Tapi aku harus mengganti gelas jus yang aku jatuhkan -____-“

Pengalaman bersahabat dengan tatsuto yang akan terus kujaga sampai kami lulus...
 

Senin, 19 November 2012

L'Arc-en-Ciel dan Bigbang



Lip bukan mau ngebandingin Laruku sama Bigbang kok, malah mau share betapa lip ngga pernah menyesal jadi Cieler (fans Laruku) atau VIP (fans Bigbang) ^^

Tapi dilihat secara konsep memang kedua band ini cukup berbeda. Band? Bigbang itu band atau boyband? Tapi Laruku kan juga cowo semua isinya, berarti boyband juga dong? Kan mereka boy yang nge-band^^ Jadi pengertian boyband tuh apa sih? Pas lagi ngetik jadi stuck di definisi ini. Tapi udah searching tetep aja belum nemu. Soalnya istilah ini ada setelah ada para pelakunya. Yaa definisinya tuh kalo semacam Sm*sh dibilang boyband dan semacam Noah dibilang band. Yasudah, lupakan lupakan, fokus sama Laruku dan Bigbang :D

Jadi pas bulan Mei, lip dateng ke L'Arc-en-Ciel World Tour 2012 dan bulan Oktober ke Bigbang Alive Galaxy Tour. Those two international concerts were so great! Still can not move on from that concerts^^

Kalau Laruku adalah band asal Jepang yang punya empat orang personil, Bigbang adalah boyband dari Korea yang terdiri dari 5 personil. Oyah jangan dibandingin yah, gantengnya kan beda^^ Yang satu udah kepala 3 sama 4, tapi yang satunya kan baru kepala 2 semua umurnya :D Tapi dua-duanya keren, bayangin punya papa kaya Laruku atau kakak kaya Bigbang >,< ini ada pic mereka pas Laruku iklan Pepsi sama Bigbang lagi iklan Hyundai Card.


Saat Laruku World Tour, stage yang digunakan adalah outdoor stage di Lapangan D Senayan, maka Bigbang menggunakan indoor stage di MEIS Ancol. Mungkin kalau band memang lebih cocok menggunakan outdoor stage karena mereka merasa lebih free dengan landscape langit yang terbuka. 


Tapi setelah datang ke Alive Tour, ternyata konser indoor juga ngga kalah berapi-apinya. Energi kedua band ini saat konser luar biasa, kenapa? Mereka menyanyikan puluhan lagu tanpa lipsync. Jika Laruku harus melakukannya sambil memainkan alat musik, maka Bigbang harus menyanyi sambil melakukan tarian koreografi. Salut^^ Ngga bisa dibedain sama mp3nya karena mereka menyanyi dengan kualitas suara yang bagus dan dukungan sound system yang keren. Ditambah efek-efek panggung yang bikin mangap sampe keram karena luar biasa keren dan punya teknologi canggih. Dan tentu saja attitude mereka dipanggung membuat fans semakin setia. Bersusah-payah menggunakan bahasa Indonesia dan menghibur fans dengan segala obrolan dan tingkah mereka. Mungkin terlihat sebagai hal kecil tapi hal-hal sederhana seperti itulah yang membuat mereka terlihat seperti orang biasa dan bukan artist.


 Sekian laporan dari konser Laruku dan Bigbang^^ Target selanjutnya adalah dateng ke teater JKT48 :*

Rabu, 14 November 2012

Perbandingan dan Ketidakberuntungan (Part 2)


Tatsuto melangkahkan kakinya lebih panjang dari pada yang biasa ia jangkau. Mengumpulkan keberanian lebih dari pada yang biasa ia usahakan. Mengumpulkan perasaan-perasaan yang selama ini ia pendam. Bahwa ia membutuhkan Hirota lebih dari pada semua perkataan dan pikiran egoisnya.

“Hirota!” Tatsuto terengah-engah. Hirota menghentikan langkahnya namun tetap tak menoleh pada Tatsuto yang berjarak 5 meter dibelakangnya. “Aku tak pandai bicara. Semua yang kukatakan pasti salah. Apa yang aku ungkapkan tak selalu sesuai dengan apa yang kumaksudkan. Tapi karena kamu, maka aku mengatakannya. Maaf...”

Hirota hanya memandang ke bawah, lalu ke langit senja di sampingnya. Matahari sudah mulai terbenam ternyata. Warna jingga menyelimuti kesunyian mereka.

“Tatsuto, kamu  sudah melewati hidup dengan segala keberuntunganmu. Kamu memiliki keluarga yang baik. Kamu tak pernah kekurangan saat harus membeli buku atau pulsa atau berbelanja. Kamu tak perlu khawatir untuk makan atau bersenang-senang. Tak perlu takut ketinggalan acara tv luar negeri dengan fasilitas tv kabel di kamarmu, di kamar kosanmu yang terletak di perumahan mewah. Tak perlu repot-repot mencuci dengan cukupnya uang londri. Tak perlu bingung memilih dengan semua yang kamu miliki dengan baik.”

Kali ini Tatsuto yang diam saat mendengar itu semua, ia tak tahu kalau Hirota memiliki perasaan semacam itu.

“Apakah aku, dengan segala ketidakberuntunganku yang seperti kamu miliki, kali ini aku juga tidak boleh mendahuluimu sekali saja?” Perkataan Hirota seperti petir yang memecahkan gendang telinga Tatsuto. Matanya memerah. Ada selaput bening yang ingin menetes jatuh. Tatsuto merasa bersalah, melontarkan begitu saja hal yang ia anggap tak adil. Tatsuto menangkap perkataan Hirota. Tuhan bukan manusia dengan segala pikiran ceteknya. Tuhan pasti tahu kapan Tatsuto bahagia dan bagaimana Hirota akan mendapat kebahagiaannya.

“Iya... aku minta maaf...” Tatsuto hanya menunduk tanpa menatap apa-apa. Dia bingung harus melihat kemana. Kemudian ada tangan lembut yang mendarat di rambut halusnya. Seperti majikan yang mengelus-elus kucing kesayangannya. Itu tangan Haruto yang besar dan hangat.

“Kita sudah lama bersahabat, tapi tetap ada hal-hal yang belum dengan jujur kita ungkapkan... Maaf kalau aku mengatakan hal yang membuatmu sedih...”

“Ngga, aku yang salah... Daripada menyalahkanmu karena hal yang tidak masuk akal begitu, mungkin sebenarnya aku hanya takut kamu meninggalkanku...”

Tatsuto dan Hirota kembali ke pohon besar, disana sampai semua masalah hati terpecahkan. Seperti biasa, Hirota-lah yang selalu menjaga Tatsuto dan Tatsuto selalu menuruti Hirota. Itulah sistem persahabatan yang membuat mereka bertahan.

“Terima kasih kamu ngga membenciku..!” Tatsuto lalu memeluk Hirota.

“Jangan peluk-peluk!!! Nanti orang curiga aku gay..!”