^^

^^

Rabu, 14 November 2012

Perbandingan dan Ketidakberuntungan (Part 2)


Tatsuto melangkahkan kakinya lebih panjang dari pada yang biasa ia jangkau. Mengumpulkan keberanian lebih dari pada yang biasa ia usahakan. Mengumpulkan perasaan-perasaan yang selama ini ia pendam. Bahwa ia membutuhkan Hirota lebih dari pada semua perkataan dan pikiran egoisnya.

“Hirota!” Tatsuto terengah-engah. Hirota menghentikan langkahnya namun tetap tak menoleh pada Tatsuto yang berjarak 5 meter dibelakangnya. “Aku tak pandai bicara. Semua yang kukatakan pasti salah. Apa yang aku ungkapkan tak selalu sesuai dengan apa yang kumaksudkan. Tapi karena kamu, maka aku mengatakannya. Maaf...”

Hirota hanya memandang ke bawah, lalu ke langit senja di sampingnya. Matahari sudah mulai terbenam ternyata. Warna jingga menyelimuti kesunyian mereka.

“Tatsuto, kamu  sudah melewati hidup dengan segala keberuntunganmu. Kamu memiliki keluarga yang baik. Kamu tak pernah kekurangan saat harus membeli buku atau pulsa atau berbelanja. Kamu tak perlu khawatir untuk makan atau bersenang-senang. Tak perlu takut ketinggalan acara tv luar negeri dengan fasilitas tv kabel di kamarmu, di kamar kosanmu yang terletak di perumahan mewah. Tak perlu repot-repot mencuci dengan cukupnya uang londri. Tak perlu bingung memilih dengan semua yang kamu miliki dengan baik.”

Kali ini Tatsuto yang diam saat mendengar itu semua, ia tak tahu kalau Hirota memiliki perasaan semacam itu.

“Apakah aku, dengan segala ketidakberuntunganku yang seperti kamu miliki, kali ini aku juga tidak boleh mendahuluimu sekali saja?” Perkataan Hirota seperti petir yang memecahkan gendang telinga Tatsuto. Matanya memerah. Ada selaput bening yang ingin menetes jatuh. Tatsuto merasa bersalah, melontarkan begitu saja hal yang ia anggap tak adil. Tatsuto menangkap perkataan Hirota. Tuhan bukan manusia dengan segala pikiran ceteknya. Tuhan pasti tahu kapan Tatsuto bahagia dan bagaimana Hirota akan mendapat kebahagiaannya.

“Iya... aku minta maaf...” Tatsuto hanya menunduk tanpa menatap apa-apa. Dia bingung harus melihat kemana. Kemudian ada tangan lembut yang mendarat di rambut halusnya. Seperti majikan yang mengelus-elus kucing kesayangannya. Itu tangan Haruto yang besar dan hangat.

“Kita sudah lama bersahabat, tapi tetap ada hal-hal yang belum dengan jujur kita ungkapkan... Maaf kalau aku mengatakan hal yang membuatmu sedih...”

“Ngga, aku yang salah... Daripada menyalahkanmu karena hal yang tidak masuk akal begitu, mungkin sebenarnya aku hanya takut kamu meninggalkanku...”

Tatsuto dan Hirota kembali ke pohon besar, disana sampai semua masalah hati terpecahkan. Seperti biasa, Hirota-lah yang selalu menjaga Tatsuto dan Tatsuto selalu menuruti Hirota. Itulah sistem persahabatan yang membuat mereka bertahan.

“Terima kasih kamu ngga membenciku..!” Tatsuto lalu memeluk Hirota.

“Jangan peluk-peluk!!! Nanti orang curiga aku gay..!”

2 komentar:

  1. Ayo bikin part part selanjutnya lipH, aku tunggu yah. Banyak yang masih bisa digali koh. Misal, pas mereka dikelas, dirumah Tatsuko atau Hirota. Kemudian munculin karekter antagonis yang mungkin pengin ngancurin persahabatan mereka. Issue tentang gay juga bisa diangkat koh, semangat.

    BalasHapus
  2. astagaaa,,,hhihi, nyampe ke gay,, olip pengen bikin cerita yang cowo sahabatan sama cowo tuh dekeeeet banget yg bikin orang ngirain mereka gay, padahal itu hubungan dekat yang unyu-unyu :p hhaha
    thx for the suggestion >,< i will try

    BalasHapus